Dokter gigi sering melakukan
penumpatan gigi berlubang yang diakibatkan oleh karies dengan menggunakan bahan
tumpatan gigi. Tujuan dilakukannya penumpatan gigi yaitu untuk mencegah
perluasan karies dan menjaga keutuhan struktur gigi yang tersisa. Beberapa
bahan restorasi yang sering digunakan saat ini adalah amalgam, semen ionomer
kaca dan resin komposit. Bahan
restorasi yang baik dan dapat mengembalikan estetik merupakan kebutuhan
masyarakat.
Pada zaman yang semakin modern ini
sesuai dengan perkembangan teknologi, resin komposit menjadi pilihan utama
dalam berbagai perawatan di bidang kedokteran gigi dan banyak dipilih oleh pasien
karena memiliki beberapa kelebihan dibanding dengan bahan restorasi lainnya
yaitu estetiknya lebih baik, lebih kuat, lebih keras, penyerapan air dan
penyusutannya kecil, tidak mudah mengalami abrasi , tidak mudah larut terhadap
saliva, tidak peka terhadap dehidrasi dan relatif mudah dimanipulasi sehingga
sangat membantu dokter gigi dalam melakukan perawatan gigi berlubang dan
memberikan hasil yang memuaskan.
Resin komposit merupakan bahan
restorasi sewarna gigi yang banyak digunakan untuk memenuhi estetik pada
praktek kedokteran gigi. Resin komposit banyak digunakan sebagai bahan
restorasi, luting agents, restorasi direk maupun indirek, metal facings serta
pasak dan inti pasca perawatan endodontik. Resin komposit memiliki kekuatan
yang baik sehingga digunakan untuk restorasi daerah oklusal gigi posterior serta
pit and fissure sealant.
Resin komposit pada intinya terdiri
dari tiga bahan utama, yaitu matriks organik yang berupa polimer, filler
anorganik dan coupling agent. Matriks dan filler diikat oleh coupling agent.
Matriks organik merupakan monomer, yang merupakan sistem inisiasi polimerisasi
radikal bebas. Sistem monomer merupakan inti dari sistem resin komposit.
Kelemahan komposit terletak pada proses
polimerisasinya, idealnya semua monomer berubah menjadi polimer, akan tetapi
pada kenyataanya tidak semua monomer terkonversi menjadi polimer, penyinaran
dengan cara konvensional menghasilkan derajat konversi sekitar 50-75%. Sisa
monomer yang tidak berkonversi akan mempengaruhi derajat konversi dan
menurunkan sifat mekanis komposit, diantaranya compressive strength, meningkatnya resorpsi air dan kelarutan,
serta stabilitas warna yang rendah. Penurunan sifat mekanis tersebut
mengakibatkan beberapa kelemahan komposit, diantaranya kebocoran marginal, tepi
tambalan yang mudah pecah, terjadinya karies sekunder, dan efek sensitivitas
gigi.
Resin komposit berdasarkan ukuran
filler terdiri dari :
1. Macrofiller
2. Microfiller
3.
Komposit hibrida
Bahan pengisi pada
komposit-komposit pertama adalah resin komposit
dengan pengisi makro (macrofiller) yang cenderung menghasilkan restorasi
dengan kekuatan yang rendah dan sulit dipoles, serta mudah bernoda. Untuk memecahkan
masalah estetika dan daya poles yang rendah ini maka dikembangkan resin komposit dengan pengisi mikro
(microfiller) yang mengandung silika kolodial yang ukuran partikelnya lebih
kecil. Sayangnya resin ini mempunyai beban pengisi yang lebih rendah (sekitar
50% dari volumenya) yang mengurangi kekuatan jangka panjang dan ketahanan
terhadap keausan. Oleh karena kekurangan baik resin dengan pengisi makro maupun
mikro itulah dikembangkan resin komposit
hibrid yang mengandung partikel kwarsa yang besar dan partikel silika yang
kecil.
Tambahan baru adalah resin komposit yang bisa mengalir, yang
mempunyai kandungan pengisi lebih rendah (50-70% volumenya) dan dapat mengalir
dengan mudah ke dalam kavitas, meskipun ketahanan terhadap keausannya rendah. Indikasi
utamanya mencakup penggunaan untuk kavitas yang kecil, sebagai restorasi resin
preventif, kavitas klas V yang disebabkan oleh kerusakan permukaan gigi
non-karies dan restorasi gigi sulung.
Saat
ini dikembangkan jenis resin komposit berukuran nano yang dikenal dengan resin komposit nano partikel yaitu
ukuran partikel 0,1-100 nm. Resin komposit nano partikel memiliki kelebihan,
diantaranya kemampuan poles dan estestis yang lebih baik dari resin komposit
sebelumnya. Resin komposit nano partikel dapat mengurangi pengerutan ketika
polimerisasi dan mengurangi penyerapan air oleh matriks resin komposit.
Penyerapan air dapat menyebabkan perubahan struktur resin yang diikuti dengan perubahan
fisik, seperti perubahan warna.
Perubahan
warna dapat disebabkan oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik
melibatkan perubahan warna dari material resin itu sendiri, seperti perubahan
matriks resin. Sedangkan, faktor ekstrinsik resin komposit antara lain staining
oleh bahan pewarna dari sumber-sumber eksogen, seperti teh, kopi, nikotin, minuman
ringan, dan larutan kumur.
Perubahan
warna pada permukaan resin komposit dapat dipengaruhi oleh jenis zat warna yang
terkandung di dalam minuman yang sering dikonsumsi. Zat warna yang berbeda
diduga dapat mempengaruhi nilai perubahan warna resin komposit.Tingkat
keasaman diduga akan mengikis permukaan resin komposit sehingga menyebabkan
kekasaran pada permukaan. Kekasaran permukaan akan menyebabkan lebih banyaknya
penyerapan zat warna.
Penelitian
yang dilakukan oleh Jensdottir dkk (2006) yang menunjukkan bahwa pH larutan
dapat mempengaruhi kekasaran permukaan resin komposit nano partikel setelah
perendaman dalam jangka waktu tertentu. Dalam penelitian tersebut juga
dijelaskan bahwa larutan yang memiliki pH tinggi cenderung bersifat degradatif
terhadap resin komposit.
Sumber :
v Ireland, Robert. 2014. Kamus Kedokteran Gigi. Diterjemahkan oleh Lilian Juwono. Jakarta : EGC.
v Firiyani,
Sri dkk. 2012. Perbedaan Perubahan Warna Resin Komposit Nano Partikel Setelah
Direndam dalam Teh Rosela dan Teh Hitam . Cakradonya Dent J 2012; 3(2):400-474.
v Krisnawaty,
Jenny dkk. 2013. Perbedaan Compressive Strength Antara Komposit Hybrid Post
Curing Menggunakan Light Box dengan Led dan Pemanasan Kering (In Vitro). Cakradonya
Dent J 2013; 5(1):475-541.
v Sajow, Pingkan dkk . 2013. Gambaran Penggunaan Bahan Restorasi Resin Komposit di Balai Pengobatan Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Sam Ratulangi Tahun 2011 - 2012 . Jurnal e-GiGi Volume 1 Nomor 2 Agustus 2013.