Jumat, 16 Oktober 2015

BAHAN-BAHAN KEDOKTERAN GIGI : BAHAN RESTORASI RESIN KOMPOSIT

Dokter gigi sering melakukan penumpatan gigi berlubang yang diakibatkan oleh karies dengan menggunakan bahan tumpatan gigi. Tujuan dilakukannya penumpatan gigi yaitu untuk mencegah perluasan karies dan menjaga keutuhan struktur gigi yang tersisa. Beberapa bahan restorasi yang sering digunakan saat ini adalah amalgam, semen ionomer kaca dan resin komposit. Bahan restorasi yang baik dan dapat mengembalikan estetik merupakan kebutuhan masyarakat.
Pada zaman yang semakin modern ini sesuai dengan perkembangan teknologi, resin komposit menjadi pilihan utama dalam berbagai perawatan di bidang kedokteran gigi dan banyak dipilih oleh pasien karena memiliki beberapa kelebihan dibanding dengan bahan restorasi lainnya yaitu estetiknya lebih baik, lebih kuat, lebih keras, penyerapan air dan penyusutannya kecil, tidak mudah mengalami abrasi , tidak mudah larut terhadap saliva, tidak peka terhadap dehidrasi dan relatif mudah dimanipulasi sehingga sangat membantu dokter gigi dalam melakukan perawatan gigi berlubang dan memberikan hasil yang memuaskan.
Resin komposit merupakan bahan restorasi sewarna gigi yang banyak digunakan untuk memenuhi estetik pada praktek kedokteran gigi. Resin komposit banyak digunakan sebagai bahan restorasi, luting agents, restorasi direk maupun indirek, metal facings serta pasak dan inti pasca perawatan endodontik. Resin komposit memiliki kekuatan yang baik sehingga digunakan untuk restorasi daerah oklusal gigi posterior serta pit and fissure sealant.
Resin komposit pada intinya terdiri dari tiga bahan utama, yaitu matriks organik yang berupa polimer, filler anorganik dan coupling agent. Matriks dan filler diikat oleh coupling agent. Matriks organik merupakan monomer, yang merupakan sistem inisiasi polimerisasi radikal bebas. Sistem monomer merupakan inti dari sistem resin komposit.
 Kelemahan komposit terletak pada proses polimerisasinya, idealnya semua monomer berubah menjadi polimer, akan tetapi pada kenyataanya tidak semua monomer terkonversi menjadi polimer, penyinaran dengan cara konvensional menghasilkan derajat konversi sekitar 50-75%. Sisa monomer yang tidak berkonversi akan mempengaruhi derajat konversi dan menurunkan sifat mekanis komposit, diantaranya compressive strength, meningkatnya resorpsi air dan kelarutan, serta stabilitas warna yang rendah. Penurunan sifat mekanis tersebut mengakibatkan beberapa kelemahan komposit, diantaranya kebocoran marginal, tepi tambalan yang mudah pecah, terjadinya karies sekunder, dan efek sensitivitas gigi.
Resin komposit berdasarkan ukuran filler terdiri dari :
1.      Macrofiller
2.      Microfiller
3.      Komposit hibrida
Bahan pengisi pada komposit-komposit pertama adalah resin komposit dengan pengisi makro (macrofiller) yang cenderung menghasilkan restorasi dengan kekuatan yang rendah dan sulit dipoles, serta mudah bernoda. Untuk memecahkan masalah estetika dan daya poles yang rendah ini maka dikembangkan resin komposit dengan pengisi mikro (microfiller) yang mengandung silika kolodial yang ukuran partikelnya lebih kecil. Sayangnya resin ini mempunyai beban pengisi yang lebih rendah (sekitar 50% dari volumenya) yang mengurangi kekuatan jangka panjang dan ketahanan terhadap keausan. Oleh karena kekurangan baik resin dengan pengisi makro maupun mikro itulah dikembangkan resin komposit hibrid yang mengandung partikel kwarsa yang besar dan partikel silika yang kecil.
Tambahan baru adalah resin komposit yang bisa mengalir, yang mempunyai kandungan pengisi lebih rendah (50-70% volumenya) dan dapat mengalir dengan mudah ke dalam kavitas, meskipun ketahanan terhadap keausannya rendah. Indikasi utamanya mencakup penggunaan untuk kavitas yang kecil, sebagai restorasi resin preventif, kavitas klas V yang disebabkan oleh kerusakan permukaan gigi non-karies dan restorasi gigi sulung.
Saat ini dikembangkan jenis resin komposit berukuran nano yang dikenal dengan resin komposit nano partikel yaitu ukuran partikel 0,1-100 nm. Resin komposit nano partikel memiliki kelebihan, diantaranya kemampuan poles dan estestis yang lebih baik dari resin komposit sebelumnya. Resin komposit nano partikel dapat mengurangi pengerutan ketika polimerisasi dan mengurangi penyerapan air oleh matriks resin komposit. Penyerapan air dapat menyebabkan perubahan struktur resin yang diikuti dengan perubahan fisik, seperti perubahan warna.
Perubahan warna dapat disebabkan oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik melibatkan perubahan warna dari material resin itu sendiri, seperti perubahan matriks resin. Sedangkan, faktor ekstrinsik resin komposit antara lain staining oleh bahan pewarna dari sumber-sumber eksogen, seperti teh, kopi, nikotin, minuman ringan, dan larutan kumur.
Perubahan warna pada permukaan resin komposit dapat dipengaruhi oleh jenis zat warna yang terkandung di dalam minuman yang sering dikonsumsi. Zat warna yang berbeda diduga dapat mempengaruhi nilai perubahan warna resin komposit.Tingkat keasaman diduga akan mengikis permukaan resin komposit sehingga menyebabkan kekasaran pada permukaan. Kekasaran permukaan akan menyebabkan lebih banyaknya penyerapan zat warna.
Penelitian yang dilakukan oleh Jensdottir dkk (2006) yang menunjukkan bahwa pH larutan dapat mempengaruhi kekasaran permukaan resin komposit nano partikel setelah perendaman dalam jangka waktu tertentu. Dalam penelitian tersebut juga dijelaskan bahwa larutan yang memiliki pH tinggi cenderung bersifat degradatif terhadap resin komposit.







Sumber :
v  Ireland, Robert. 2014. Kamus Kedokteran Gigi. Diterjemahkan oleh Lilian Juwono. Jakarta : EGC.

v  Firiyani, Sri dkk. 2012. Perbedaan Perubahan Warna Resin Komposit Nano Partikel Setelah Direndam dalam Teh Rosela dan Teh Hitam . Cakradonya Dent J 2012; 3(2):400-474.

v  Krisnawaty, Jenny dkk. 2013. Perbedaan Compressive Strength Antara Komposit Hybrid Post Curing Menggunakan Light Box dengan Led dan Pemanasan Kering (In Vitro). Cakradonya Dent J 2013; 5(1):475-541.

v  Sajow, Pingkan dkk . 2013. Gambaran Penggunaan Bahan Restorasi Resin Komposit di Balai Pengobatan Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Sam Ratulangi Tahun 2011 - 2012 .  Jurnal e-GiGi Volume 1 Nomor 2 Agustus 2013.